31 HARI DIBALIK JERUJI BESI
MIMPI BURUK
Setiap malam, aku mulai mengalami mimpi buruk yang sama. Dalam mimpi itu, aku selalu berada di sebuah ruangan gelap dengan jeruji besi yang mengurungku. Di sekelilingku, ada bayangan hitam yang terus mendekat, membuatku sulit bernapas.
Pada hari kelima belas, aku bertanya dengan seorang tahanan senior bernama Bang Hadi. Iya, Dia adalah orang yang dituakan di sel ini yang selalu menjadi tempatku bertanya apapun karena tampaknya dia memahami banyak hal. Ketika aku menceritakan pengalamanku, dia hanya tersenyum tipis dan berkata, "Tempat ini memang penuh dengan kisah mistis. Banyak yang mengalami hal serupa. Mungkin ini cara alam memberi kita pelajaran."
Aku mencoba memahami kata-katanya. Mungkin ini memang sebuah ujian atau peringatan. Setiap malam, aku mulai memberanikan diri untuk berdoa, memohon ampunan dan keselamatan. Ajaibnya, setelah itu, mimpi buruk dan penampakan mulai berkurang.
Hari-hari terakhir di penjara menjadi waktu refleksi bagiku. Aku mulai menulis jurnal, mencurahkan semua penyesalan dan harapanku untuk masa depan. Setiap kata yang kutulis seakan menjadi terapi bagiku, membantuku menghadapi ketakutan dan rasa bersalah.
"Terimakasih bang Hadi" tutur batinku sembari menutup jurnalku.
Pada hari ke-31, pintu sel akhirnya terbuka untuk kebebasanku. Aku melangkah keluar dengan perasaan campur aduk. Penjara telah mengubahku, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara mental dan spiritual. Aku bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan untuk membangun kembali hidupku yang hancur
0 Comments