Iklan

Trending Today

Inner Child Cerpen Romantis

Ilustrasi

Seorang gadis kecil dengan penuh semangat menantikan kepulangan seorang wanita, membayangkan dirinya menikmati banyak lolipop dan permen dengan berbagai rasa. Dia bergoyang-goyang dengan harapan waktu berjalan lebih cepat, tak sabar menunggu.

Tiba-tiba, yang ditunggu-tunggu datang. Wanita paruh baya itu membawa sekantong kresek.

“Mama, di mana permen Nana?” tanya gadis kecil itu sambil berdiri, langsung menyodorkan tangannya.
“Maaf, Nana. Tokonya sudah tutup,” jawab Mama dengan nada agak bosan.
“Tidak mungkin! Di mall ada begitu banyak permen, Mama.” Gadis kecil itu terus memberikan alasan, berharap dapat permen sebagai cemilan kesukaannya.

“Bisakah kamu tenang sebentar? Mama capek, dan selain permen, ada barang penting yang harus Mama beli!”
“Tapi Mama sudah janji sama Nana.” Nana menunduk, mengusap air matanya yang jatuh.
“Itu hanya agar Mama tidak mendengar ocehanmu tentang permen lagi.” Jari telunjuk Mama disodorkan di depan wajah gadis kecil yang terlihat sedih. “Dan, satu hal lagi, Mama tidak ingin mendengar permintaanmu untuk permen lagi.”

Setelah Mama pergi, air mata Nana semakin deras mengalir di pipinya. Rasa sakit muncul. Sesuatu yang dijanjikan ternyata hanyalah harapan palsu. Janji-janji hanya menjadi kalimat penenang yang tak memiliki arti. Nana mulai membenci janji.

“Hiks.”
“Tidak, tidak.” gadis berbaju tidur itu terbangun. Jantungnya berdetak dua kali lipat. Air mata sudah membasahi pipinya. “Mimpi itu lagi.”

Nana yang sudah dewasa melihat jam, menunjukkan pukul lima pagi. Ia segera bangkit menuju kamar mandi, menatap dirinya di cermin, dan merasa sangat rapuh.

Ia mengusap wajahnya dengan air dingin. Hidup seorang diri di Kota Tetangga sejatinya membuatnya merasa tenang. Namun, kesendirian juga membuatnya sering teringat masa lalunya.

Bersyukur, ia ditemukan oleh seorang pria yang sangat peduli dengannya. Meskipun keduanya berada di tempat yang jauh, kekasihnya selalu menyempatkan diri untuk bertemu Nana setiap tiga bulan sekali. Meskipun merantau untuk masa depan membuat pertemuan mereka sulit, Nana merasa beruntung.

Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu apartemen memecahkan lamunan Nana.

Siapa yang datang begitu pagi? Pikirnya dalam hati. Tanpa menunggu lama, ia membuka pintu apartemen. Di hadapannya, seorang lelaki dengan wajah ceria, yang rupanya masih berada di kota Nana.

“Halo sayang, kaget ya?”
Wajah Nana berubah datar.
“Wah, bertemu suami langsung seperti ini.” Tanpa izin, kekasih Nana langsung masuk ke dalam apartemen, duduk di sofa ruang TV Nana.

“Apa yang kamu lakukan di sini pagi-pagi?” Nana mengacak rambutnya dengan sedikit kesal.
“Kamu lupa ya?” Wajah ceria itu berubah menjadi sedih sambil membuka kantong sarapan pagi. “Hari ini aku pulang. Dan hari ini, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu.”
Nana menepuk jidatnya dan tersenyum. “Hehehe, maaf sayang.”
“Yaudah, mari sarapan.”

Mereka mengisi banyak kegiatan sebelum akhirnya harus berpisah lagi. Kekasih Nana sangat perhatian, selalu mendengarkan cerita-cerita Nana. Nana merasa beruntung memiliki sosok lelaki yang menjadi pengganti Ayah. Yang paling dihargai dalam hidupnya adalah bisa bersama dengan lelaki yang ada di hadapannya. Naik Bus Hantu Jogja - Surabaya Episode 3

Sekarang, mata lelaki itu memerah. Wajahnya mirip anak yang tidak ingin ditinggalkan.

“Sudahlah, nanti kita bertemu lagi.” Nana mengusap punggung kekasihnya dalam pelukannya.
“Tetap saja, aku tidak ingin berpisah. Hiks, ingin tinggal di sini saja.”
“Hey,” ucap Nana dengan lembut. “Kita berdua sedang mengejar masa depan, bukan? Ingatkan tujuan kita?”
Kekasihnya mengangguk sambil tersenyum. “Baiklah, segera pergi ke bandara sebelum pesawatmu berangkat.”

“Tapi, masih merindukanmu,” sang kekasih berkata sambil memeluk Nana lagi.
“Iya, nanti rindunya, lagi.”
“Aku tidak tahu, kapan akan datang lagi ke sini. Aku khawatir, aku tidak ingin terlalu lama tanpa bertemu denganmu.”
“Ih, sudahlah, pergilah.”
Kekasihnya menghapus air mata yang jatuh, lalu mencium kedua pipi Nana dan terakhir memberikan ciuman lembut di bibir pink itu.

“Jaga dirimu di sini.”
“Iya, sayang,” jawab Nana sambil membuka pintu apartemen. “Hati-hati ya.”
Lambaian tangan terakhir. Meskipun mereka akan bertemu lagi suatu saat, rasanya sulit untuk melepaskan.

Punggung lebar kekasihnya sekarang tidak terlihat oleh Nana. Gadis itu kembali masuk ke dalam apartemen. Sedih. Hampa. Semuanya bercampur aduk. Tanpa disadari, tubuhnya sudah melorot dan jatuh ke lantai. Suara tangisan tanpa suara menggambarkan kesedihan yang mendalam.

“Aku juga tidak ingin berpisah, menjadi sendiri lagi. Aku benci kesendirian, aku ingin kamu selalu bersamaku, sayang.”

0 Comments

Dapatkan Update Pilihan dan Terbaru Setiap hari dari Ratna Susanti. Temukan kami di Google News, caranya klik DI SINI

© Copyright 2024 - Dwi Ratna Susanti All Right Reserved